UMMI
Assalamulaikum Ikhwah Wa Akhwati
fillah Kaifa haluk? Pada artikel kali ini kita akan membahas tentang Ummi.
1) Siapa Itu UMMI
Ibu,Bunda,Mama
dan masih banyak lagi panggilan lainnya untuk seseorang yang jasanya tidak bisa
dibandingkan dengan siapapun didunia.Dia yang rela menerima kita dengan segala
kekurangannya.Dia laksana pelita hidup yang mengarahkan dan mengajarkan kita
segala hal.Dia yang rela mengotori tangannya yang mulia hanya untuk membersihkan
kotoran di Tubuh kita dikala kita Kecil,Dan masih banyak lagi jasanya yang
tidak bisa dibalas lewat kata-kata.
Namun dibalik sosok yang kuat
tersimpan hati yang rapuh dan penuh rasa cemas dikala anaknya jauh dari sisinya
dan disetiap langkah Kita selalu disertai oleh doanya yang berharap anaknya
akan kembali dengan selamat.
Sebagaimana Rasulullah Bersabda:
“Ridhonya Orang Tua adalah Ridonya
Allah,dan Murkanya Orangtua adalah Murkanya Allah”
Jadi kita jangan pernah membuatnya
marah apalagi membentaknya jangankan membentak Rasulullah saja Melaknat Siapa
saja yang berkata ah kepada Ibunya.Dan setinggi apanpun jabatan kita
Jendralkah,Dokter,Guru,Bahkan Presiden sekalipun tidak bisa melebihi Jabatan
Seorang Anak karena Surga kita berada dibawah Tapak Kakinya,dan Kasih sayangnya
melebihi apapun didunia bahkan seorang penyair Arab pada Abad pertengahan
Menggambarakan bahwa Betapa Sayangnya Seorang Ibu kepada Kita:
Ada seorang Pemuda yang hobinya mabuk-mabukan,Suatu
ketika Ada seseorang yang menawarkan apapun yang Ia mau Perhiasan,Rumah,Istri
apapun yang ia mau dengan syarat Memberikan Jantung Ibunya,Tanpa pikir panjang
dia bergegas pulang lalu menikam Ibunya dari belakang dan sambil tergesa-gesa
membawa jantung Ibunya tadi ditengah perjalan dia tersandung dan jantungnya Jatuh
dan menggelinding lalu Jantung tadi berkata “Nak,Apa kamu tidak Kamu tidak
apa-apa?”,sontak anak tadi terenyuh dan menangis sambil membasuh jantung yang
kotor tadi dengan air matanya.
Bisa
kita bayangkan betapa besar kasih seorang tua sudah dibunuh oleh anaknya kerika
buah hati yang dibesarkan susah payah olehnya hanya jantungpun bisa khawatir
dengan kita apalagi ketika Dia masih hidup jadi jangan pernah membuat beliau
sedih.
2) Kisah-Kisah Tentang Bakti
kepada Orang Tua
a) Kisah Uwais AlQarni
Di Yaman, tinggalah seorang pemuda
bernama Uwais Al Qarni yang berpenyakit sopak, tubuhnya belang-belang. Walaupun
cacat, ia adalah pemuda yang soleh dan sangat berbakti kepadanya Ibunya. Ibunya
adalah seorang wanita tua yang lumpuh. Uwais senantiasa merawat dan memenuhi
semua permintaan Ibunya. Hanya satu permintaan yang sulit ia kabulkan.“Anakku,
mungkin Ibu tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkan agar Ibu dapat
mengerjakan haji,” pinta Ibunya. Uwais tercenung, perjalanan ke Mekkah
sangatlah jauh melewati padang pasir tandus yang panas. Orang-orang biasanya
menggunakan unta dan membawa banyak perbekalan. Namun Uwais sangat miskin dan
tak memiliki kendaraan.
Uwais terus berpikir mencari jalan
keluar. Kemudian, dibelilah seeokar anak lembu, Kira-kira untuk apa anak lembu
itu? Tidak mungkinkan pergi Haji naik lembu. Olala, ternyata Uwais membuatkan
kandang di puncak bukit. Setiap pagi beliau bolak balik menggendong anak lembu
itu naik turun bukit. “Uwais gila.. Uwais gila…” kata orang-orang. Yah,
kelakuan Uwais memang sungguh aneh.Tak pernah ada hari yang terlewatkan ia
menggendong lembu naik turun bukit. Makin hari anak lembu itu makin besar, dan
makin besar tenaga yang diperlukan Uwais. Tetapi karena latihan tiap hari, anak
lembu yang membesar itu tak terasa lagi.
Setelah 8 bulan berlalu, sampailah
musim Haji. Lembu Uwais telah mencapai 100 kg, begitu juga dengan otot Uwais
yang makin membesar. Ia menjadi kuat mengangkat barang. Tahulah sekarang
orang-orang apa maksud Uwais menggendong lembu setiap hari. Ternyata ia latihan
untuk menggendong Ibunya.Uwais menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke
Mekkah! Subhanallah, alangkah besar cinta Uwais pada ibunya. Ia rela menempuh
perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya.
Uwais
berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di Ka’bah. Ibunya terharu dan
bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka’bah, ibu dan anak
itu berdoa. “Ya Allah, ampuni semua dosa ibu,” kata Uwais. “Bagaimana dengan
dosamu?” tanya ibunya heran. Uwais menjawab, “Dengan terampunnya dosa Ibu, maka
Ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho dari Ibu yang akan membawa aku ke surga.”
Subhanallah,
itulah keinganan Uwais yang tulus dan penuh cinta. Allah SWT pun memberikan
karunianya, Uwais seketika itu juga disembuhkan dari penyakit sopaknya. Hanya
tertinggal bulatan putih ditengkuknya. Tahukah kalian apa hikmah dari bulatan
disisakan di tengkuk? itulah tanda untuk Umar bin Khattab dan Ali bin Abi
Thalib, dua sahabat utama Rasulullah SAW untuk mengenali Uwais.Beliau berdua
sengaja mencari Uwais di sekitar Ka’bah karena Rasullah SAW berpesan “Di zaman
kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kamu berdua
pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman.
Dia akan muncul di zaman kamu, carilah dia. Kalau berjumpa dengan dia minta
tolong dia berdua untuk kamu berdua.”
“Sesungguhnya
Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan
meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah, membenci
padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta
(menghamburkan kekayaan).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Uwais
Ai-Qarni Pergi ke Madinah
Setelah
menempuh perjalanan jauh, akhirnya Uwais Al-Qarni sampai juga dikota madinah.
Segera ia mencari rumah nabi Muhammad saw. Setelah ia menemukan rumah Nabi,
diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam, keluarlah seseorang seraya
membalas salamnya. Segera saja Uwais Al-Qarni menanyakan Nabi saw yang ingin
dijumpainya. Namun ternyata Nabi tidak berada dirumahnya, beliau sedang berada
di medan pertempuran. Uwais Al-Qarni hanya dapat bertemu dengan Siti Aisyah ra,
istri Nabi saw. Betapa kecewanya hati Uwais. Dari jauh ia datang untuk berjumpa
langsung dengan Nabi saw, tetapi Nabi saw tidak dapat dijumpainya.
Dalam
hati Uwais Al-Qarni bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi saw dari
medan perang. Tapi kapankah Nabi pulang? Sedangkan masih terngiang di
telinganya pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat
pulang ke Yaman, “engkau harus lekas pulang”.Akhirnya,
karena ketaatannya kepada ibunya, pesan ibunya mengalahkan suara hati dan
kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi saw. Karena hal itu tidak
mungkin, Uwais Al-Qarni dengan terpaksa pamit kepada Siti Aisyah ra untuk
segera pulang kembali ke Yaman, dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi saw.
Setelah itu, Uwais Al-Qarni pun segera berangkat mengayunkan langkahnya dengan
perasaan amat haru.Peperangan
telah usai dan Nabi saw pulang menuju Madinah. Sesampainya di rumah, Nabi saw
menanyakan kepada Siti Aisyah ra tentang orang yang mencarinya. Nabi mengatakan
bahwa Uwais Al-Qarni anak yang taat kepada ibunya, adalah penghuni langit.
Mendengar perkataan Nabi saw, Siti Aisyah ra dan para sahabat tertegun. Menurut
keterangan Siti Aisyah ra, memang benar ada yang mencari Nabi saw dan segera
pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia
tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama.
Nabi Muhammad saw melanjutkan
keterangannya tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit itu, kepada para
sahabatnya., “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia
mempunyai tanda putih ditengah talapak tangannya.”Sesudah
itu Nabi saw memandang kepada Ali ra dan Umar ra seraya berkata, “suatu ketika
apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah
penghuni langit, bukan orang bumi.”
Waktu
terus berganti, dan Nabi saw kemudian wafat. Kekhalifahan Abu Bakar pun telah
digantikan pula oleh Umar bin Khatab. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan
sabda Nabi saw tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit. Beliau segera
mengingatkan kembali sabda Nabi saw itu kepada sahabat Ali bin Abi Thalib ra.
Sejak saat itu setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, Khalifah Umar ra dan
Ali ra selalu menanyakan tentang Uwais Al Qarni, si fakir yang tak punya
apa-apa itu, yang kerjanya hanya menggembalakan domba dan unta setiap hari?
Mengapa khalifah Umar ra dan sahabat Nabi, Ali ra, selalu menanyakan dia?
Rombongan
kalifah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka.
Suatu ketika, Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kalifah itu pun
tiba di kota Madinah. Melihat ada rombongan kalifah yang baru datang dari
Yaman, segera khalifah Umar ra dan Ali ra mendatangi mereka dan menanyakan
apakah Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kafilah itu mengatakan
bahwa Uwais Al-Qarni ada bersama mereka, dia sedang menjaga unta-unta mereka di
perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, khalifah Umar ra dan Ali ra segera
pergi menjumpai Uwais Al-Qarni.
Sesampainya
di kemah tempat Uwais berada, khalifah Umar ra dan Ali ra memberi salam. Tapi
rupanya Uwais sedang shalat. Setelah mengakhiri shalatnya dengan salam, Uwais
menjawab salam khalifah Umar ra dan Ali ra sambil mendekati kedua sahabat Nabi
saw ini dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Sewaktu berjabatan,
Khalifah Umar ra dengan segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan
kebenaran tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais, seperti yang pernah
dikatakan oleh Nabi saw. Memang benar! Tampaklah tanda putih di telapak tangan
Uwais Al-Qarni.
Wajah
Uwais Al-Qarni tampak bercahaya. Benarlah seperti sabda Nabi saw bahwa dia itu
adalah penghuni langit. Khalifah Umar ra dan Ali ra menanyakan namanya, dan
dijawab, “Abdullah.” Mendengar jawaban Uwais, mereka tertawa dan mengatakan,
“Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?”
Uwais kemudian berkata, “Nama saya Uwais Al-Qarni”.
Dalam
pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais Al-Qarni telah meninggal
dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang
saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali ra memohon agar Uwais membacakan do’a
dan istighfar untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada Khalifah, “saya
lah yang harus meminta do’a pada kalian.”
Mendengar
perkataan Uwais, khalifah berkata, “Kami datang kesini untuk mohon doa dan
istighfar dari anda.” Seperti yang dikatakan Rasulullah sebelum wafatnya.
Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais Al-Qarni akhirnya mengangkat tangan,
berdoa dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar ra berjanji untuk
menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais untuk jaminan hidupnya.
Segera saja Uwais menampik dengan berkata, “Hamba mohon supaya hari ini saja
hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir
ini tidak diketahui orang lagi.”
Fenomena
Ketika Uwais Al-Qarni Wafat
Beberapa
tahun kemudian, Uwais Al-Qarni berpulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia
akan dimandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk
memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana
pun sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula
ketika orang pergi hendak menggali kuburannya, disana ternyata sudah ada
orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju
ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.
Meninggalnya
Uwais Al-Qarni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi
hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak kenal
berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais Al-Qarni
adalah seorang fakir yang tidak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai
ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, disitu selalu ada
orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu.
Penduduk
kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “siapakah sebenarnya
engkau wahai Uwais Al-Qarni? bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang
fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari hanyalah sebagai
penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau menggemparkan
penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami
kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah
para malaikat yang diturunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan
pemakamanmu.”
Berita
meninggalnya Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi ketika wafatnya
telah tersebar ke mana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya,
siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui
siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni disebabkan permintaan Uwais Al-Qarni sendiri
kepada Khalifah Umar ra dan Ali ra, agar merahasiakan tentang dia. Barulah di
hari wafatnya mereka mendengar sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi saw,
bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit.
b) Dalam Kisah Kedua ini Mengisahkan
sepasang kakak beradik yang dulunya adalah Pejudi Berat yang sudah Tobat lalau
Di suatu Hari Ibunya Membersihkan Kamar dan Menenemukan sesuatu seperti Kartu
Remi setibanya Si Adik di rumah adikpun
Terkaget karena Duit yang dibawah bantal yang dikumpulkan dari Uang kerja mereka
berdua hilang dan Ibunya pun datang
Sambil Marah-Marah karena beliau menyangka Anaknya masih bermain Judi padahal
Itu adalah Hasil kerja yang telah mereka kumpulkan namun si Adik tadi hanya
diam seraya minta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi lagi,dan ketika sang
kakak pulang Si Adik menjelaskan semua kejadian tadi Lalu Sang kakak Berkata “Bagus,
Jangan pernah membuat Ibu bersedih dia sudah capek membesarkan dan Merawat kita”.
Dari 2 Kisah diatas dapat
Disimpulkaan bahwa :
1.
Siapa saja yang Berbakti kepada orangtuanya
maka dia telah memiliki kunci Surga
2.
Seorang anak yang taat kepada Allah pasti
taat kepada Orangtuanya
3.
Siapapun yang taat dan patuh ,serta melayani
orang tuanya dengan sepenuh hatinya insyallah Allah akan menjabah setiap Do’anya
dan dia selalu dilindungi Oleh Allah.
4. Jangan pernah membuat Sedih Orang tua kita
karena Ridhonya kita bisa menjadi siapa saja
5. Apapun perkataan orangtua baik saat marah
atau senangnya merka semua itu demi kebaikan kita.
3) Pentingnya Berbakti Kepada
Orang Tua
Terutama Ibu
Al–Birr merupakan
haq ke dua orang tua dan (kerabat terdekat). Al–Birr memberikan
ketaatan (mentaati) kedua orang tua, taat dengansemua yang mereka perintahkan
kepada kita, selama perintah tersebut bukan maksiat kepada Allah, atau
melanggar perintah Allah, sedang Al-Aquq berarti menjauhi mereka dan
tidak berbuat baik kepada keduanya (orang tua). Berkatalah urwah bin Zubair
mudah-mudahan Allah meridhoi mereka berdua tentang firman Allah SWT
“Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan” (Q.S
Al-Isra:24).
Yaitu:
“Jangan sampai mereka berdua tidak di taati sedikitpun”. (Ad-Darul Mantsur
5/259).
Kemudian
Iman Al-Qurtubi bicara soal Al–Birr. Berkata Imam Al-Qurtubi :
“Mudah-mudahan Allah merahmatinya” : “Termasuk Uquuq (durhaka)
kepada orang tua adalah menyelisih/menentang keinginan-keinginan mereka
dari (perkara-perkara) yang mubah, sebagaimana Al–Birr (berbakti)
kepada keduanya adalah dapat memenuhi apa yang menjadi keinginan mereka. Oleh
karena itu, apabila salah satu atau keduanya memerintahkan sesuatu, wajib kita
mentaatinya, selama hal itu bukan perkara maksiat, walaupun apa yang mereka
perintahkan bukan perkara wajib, tapi mubah pada asalnya, demikian pula apabila
apa yang mereka perintahkan adalah perkara yang mandub (disukai/disunahkan).
(AL-Jami’li Ahkamil Qur’an 7116 hal 238).
Keutamaan Birru
Al-Walidain
Mengutamakan
orang tua adalah termasuk amalan yang paling mulia apa bila kita
melakukannya.Sehinggabanyak keterangan menjelaskan, menegaskan baik keterangan
al-qur’an maupun keterangan hadits menjelaskan keutamaan Birru Al-Walidain.Ada
beberapa jalan untuk meraih Jannah, dan diantaranya jalan itu adalah “Birru
Al-Walidain” (Taat Kepada Orang Tua). Cukup banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang
menerangkan tentang itu. Bahkan dalam beberapa ayat Allah Subhanahu Wata’ala
berfirman yang artinya:
“Sembahlah
Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan suatu pun. Dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapak…………….” (Q.S An-Nisa: 36).
Dan
dalam firman Allah yang lain, Qs.Al-Isra : 23 berbunyi:
“Dan
tuhan mu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapak mu dengan sebaik-baiknya (Q.S
Al-Isra:23).
Ada beberapa keutamaan Birru
Al-Walidainyang perlu diketahui:
1.
Termasuk Amalan yang Paling Mulia
Seperti
Sabda Rasulullah Yang paling patut menerima Bakti kita adalah Ibu,Ibu,Ibu baru
bapak karena pengorbanan dari mengandung sampai kita besar tidak bisa diganti dangan harta.
2. Merupakan salah satu sebab-sebab
di ampuninya dosa
Salah satu sebab diampuninya dosa
adalah dengan berbakti kepada orang tua
dan untuk laki-laki hal ini wajib sampai akhir hayatnya.
3. Termasuk sebab masuknya seseorang
ke Surga
Hal
ini beradasarkan pada Hadis Rasulullah bahwa Surga dibahwa telapak kaki Ibu
jadi kita harus berbakti kepada Kedua Orang tua kita.
4. Merupakan sebab keridhoan Allah
Sesuai Hadist
Rasulullah:
“Ridhonya Orang Tua adalah Ridonya
Allah,dan Murkanya Orangtua adalah Murkanya Allah” jadi jangan pernah membuat
orang tua kita marah apalagi membuat mereka sedih.
5.
Merupakan sebab bertambahnya umur
6.
Merupakan sebab barokahnya Rizki
Sudah
sepantasnya kita memenuhi kewajiban-kewajiban kita, kewajiban kepada orang tua
kita terutama. Ada beberapa kewajiban kita terhadap orang tua kita,
diantaranya:
Berbuat
baik kepada keduanya baik dengan perkataan ataupun dengan perbuatan.Allah SWT
berfirman:
“Maka
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “Ah” dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”
(Q.S.al-Isra:23).
Rendah
hati terhadap keduanya.Allah SWT berfirman;
“Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan” (QS.
al-Isra:24).
Mendo’akan
keduanya baik semasa hidup ataupun setelah meninggalnya. Allah SWT berfirman,
artinya: “Dan ucapkanlah, wahai Tuhanku kasihanilah mereka berdua sebagaimana
mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”.
Dan
Rosulullah SAW bersabda, “Apabila anak Adam mati maka terputuslah semua
amalannya kecuali tiga perkara: shodaqoh jariyah atau ilmu yang bermanfaat,
atau anak sholeh yang mendoakannya”. (HR Muslim kitab al-washiyyah).
Mentaati
keduanya dalam kebaikan. Allah SWT berfirman:
“Dan
jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergaulillah keduanya dengan baik”. (Q.S Luqman : 15).
Memintakan
ampun bagi keduanya sesudah meninggal, yaitu apabila meninggal dalam keadaan
Islam. Allah SWT berfirman:
“Ya
Tuhan kami beri ampunanlah aku dan kedua ibu bapakku dan semua orang-orang yang
mu’min pada hari terjadinya hisab/kiamat”. (Q.SIbrohim: 41).
Melunasi
hutang-hutangnyadanmelaksanakan wasiatnya, selama wasiatnya itu tidak
bertentangan dengan syari’at.
Menyambung
tali kekerabatan mereka berdua, seperti paman dan bibi dari kedua belah pihak,
atau kakek dan nenek dari kedua belah pihak juga.
Memuliakan
teman-teman mereka berdua. Di contohkan oleh Rosulullah SAW beliau memuliakan
temen-teman istrinyatercinta Siti Khodijah radhiyallahu’an ha, maka kita
muliakan pula teman-temannya,di karenakan kita da penghormatan kepada kedua
orang tua kita.
B.
Hukum Birru Al-Walidain
Para
ulama Islam sepakat bahwa hukum berbuat baik (berbakti) pada kedua orang tua
hukumnya adalah wajib.Namun sering kita temukan seorang anak berselisih
sengan para orang tua atau sebaliknya, itulah kondisi real di masyarakat,
mereka selalu berselisih dalam realitasnya dengan orang tuaBerkata Ibnu Hazm,
mudah-mudahan Allah merahmatinya: “Birru Al-Walidain adalah fardhu(wajib
bagi masing-masing individu). Mendudukan orang tua sebagai sosok yang ditaati
dan dihormati adalah sikap yang benar.
Dalil-dalil
Shahih dan Sharih (jelas) yang mereka gunakan banyak sekali , diantaranya:
1. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala
“Beribadahlah
kepada Allah, dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan
berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa… (Q.S An-Nisa:36).
Dalam
ayat ini (berbuat baik kepada Ibu Bapak) merupakan perintah, dan perintah
disini menunjukkan kewajiban, khususnya, karena terletak setelah perintah untuk
beribadah dan meng-Esa-kan (tidak mempersekutukan) Allah, serta tidak
didapatinya perubahan (kalimat dalam ayat tersebut) dari perintah ini. (Al
Adaabusy Syar’iyyah 1/434).
Firman
Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
“Dan
Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya”. (QS. Al
Isra: 23).
Adapun
makna (qadhoo) = Berkata Ibnu Katsir : yakni, mewasiatkan. Berkata Al
Qurthubiy: yakni, memerintahkan, menetapkan dan mewajibkan. Berkata Asy
Syaukaniy: “Allah memerintahkan untuk berbuat baik pada kedua orang tua seiring
dengan perintah untuk mentauhidkan dan beribadah kepada-Nya, ini pemberitahuan
tentang betapa besar haq mereka berdua, sedangkan membantu urusan-urusan
(pekerjaan) mereka, maka ini adalah perkara yang tidak bersembunyi lagi
(perintahnya). (Fathul Qodiir 3/218).
Firman
Allah Subhanahu Wa Ta’ala
“Dan
Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang Ibu Bapanya,
Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan
menyapihnya dalam dua tahun. Maka bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang
Ibu Bapakmu, hanya kepada-Ku-lah kembalimu.” (QS. Luqman: 14).
Berkata
Ibnu Abbas mudah-mudahan Allah meridhoi mereka berdua “Tiga ayat dalam Al
Qur’an yang saling berkaitan dimana tidak diterima salah satu tanpa yang
lainnya, kemudian Allah menyebutkan diantaranya firman Allah Subhanahu Wa
Ta’ala (artinya) :“Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang Ibu Bapakmu”,
Berkata beliau. “Maka, barangsiapa yang bersyukur kepada Allah akan tetapi dia
tidak bersyukur pada kedua Ibu Bapaknya, tidak akan diterima (rasa syukurnya)
dengan sebab itu.”(Al Kabaair milik Imam Adz Dzahabi hal 40).
Berkaitan
dengan ini, Rasulullah Shalallahu’Alaihi Wassallam bersabda
“Keridhaan
Rabb (Allah) ada pada keridhaan orang tua dan kemurkaan Rabb (Allah) ada pada
kemurkaan orang tua”. (Riwayat Tirmidzi dalam Jami’nya (1/ 346), Hadits ini
Shohih, lihat Silsilah Al Hadits Ash Shahiihah No. 516).
Hadits
Al Mughirah bin Syu’bah – mudah-mudahan Allah meridhainya, dari Nabi Shalallahu
‘Alaihi Wasallam beliau bersabda (artinya):”Sesungguhnya Allah mengharamkan
atas kalian mendurhakai para Ibu, mengubur hidup-hidup anak perempuan, dan
tidak mau memberi tetapi meminta-minta (bakhil) dan Allah membenci atas kalian
(mengatakan) katanya si fulan begini si fulan berkata begitu (tanpa diteliti
terlebih dahulu), banyak bertanya (yang tidak bermanfaat), dan membuang-buang
harta”. (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya No. 1757).
Itulah
Hal yang menyangkut tentang Ummi dan menurut kalian apa sih pentingnya
Ibu(UMMI) bagi kalian komen dikolom bawha ya, Semoga Bermanfat,Jazakalloh Katsiran.Assalamualaikum
Warohmatullahi Wabarokatuh.
**Terimasih telah berkunjung semoga dapat menambah wawasan kita bersama, untuk dukungan teman-teman bisa berdonasi pada link berikut (Klik Dini) Sebanyak apapun donasi dari teman-teman itu sangat berarti bagi kami dan juga kalau ada dari teman-teman yang ingin mengajukan pertanyaan atau request tema seputar teknologi bisa langsung saja tulis pada kolom pesan di link donasi yang sudah ter sedia.**
EmoticonEmoticon